Kali ini (27 tahun lalu) saat turun gunung Gede orang yang kusapu bersama Aria adalah Pipin dan Fiera yang ditemani Agus dan Deden (semua 2 IPA 8 ‘81). Agus & Deden tanya boleh ditinggal nggak? Gue bilang “Boleh”. Sebelum lari turun mengejar teman yang lain, mereka bilang “Tadi Sulis pesen, jalannya ambil kanan abis gitu kiri”, tapi mereka nggak bilang belok kanannya udah yang belum tinggal belok kirinya.
Singkatnya begitu keluar hutan, nongolnya di kebun bawang daun, nyasar nih romannya.
Gue tanya ke petani jalan raya berapa kilometer lagi. Jawabnya singkat “1 kilo”, tergoda dengan bawang daun yang segar kamipun membeli cuma 200 perak dapetnya banyak banget, bawanya juga nggak jauh kan cuma 1 kilometer!.
Setelah berjalan cukup jauh, nanya lagi. Jawabannya sama “1 kilo lagi”, begitu seterusnya setiap orang menjawab “1 kilo lagi”.
Kayaknya sudah jalan 7 km dan kaki udah gempor, jawaban tetep “1 kilo lagi”, termasuk orang yang terakhir, padahal seratus meter kemudian kami temukan jalan raya dan timbulnya di Pasar Cipanas dari rencana turun di Cipendawa.
Kamipun naik bis (pukul 16:00), ketika lewat Cipendawa terlihat teman teman pada nongkrong di pigir jalan, kami berteriak memberi tahu bahwa kami sudah turun gunung. “Mereka udah tau” begitu kata Aria.
Padahal mereka nggak lihat, selepas magrib merekapun naik bis menuju Cililitan setelah berdiskusi hebat antara pulang atau ngeSAR.
Ada pernyataan yang membanggakan, “Mereka kan bareng Omen, masa Omen naik gunung nggak bisa turun. Mereka pasti sudah pulang, udah tidur lagi sekarang”
Dan yang ini pernyataan agak nyebelin, “Kita lihat aja besok waktu upacara, kalau mereka nggak ikut upacara artinya ........ mereka masih di gunung, ..... baru deh kita cari!”
Sunday, July 13, 2008
Friday the 13th: Mesin tik Berhantu
Aku bekerja di tempat terpencil bersama Sempu ’79. Sewaktu di Jakarta (mohon maaf buat yang perempuan) melihat ceweq cantik itu biasa, karena terlalu banyaknya ceweq yang cantik yang kurang cantik bisa dibilang kayak kebo, tapi di pelosok yang terpencil ini jarang sekali ketemu ceweq dan karena begitu jarangnya ceweq sampai-sampai melihat kebo dikira ceweq. Memang begitulah ungkapan umum disana.
“Pak, ada hantu!!!!”
“Tenang pak, disini tidak ada hantu”
“Benar pak, ada mesin tik berhantu”
Setelah melihat Taufik sedikit tenang, pak satpam menemaninya mendatangi lokasi yang menyeramkan tersebut.
“Itu pak mesin tik berhantunya, tadi saya lihat bergerak sendiri”
Sambil tetap menenangkan pak satpampun berkata
“Bapak tetap tenang ya, itu bukan mesin tik berhantu. Itu yang namanya .......... mesin telex”
gang IPS 81
Cerita yang aku ungkit disini tentang teman kami, sebut saja Taufik saat itu masih berstatus calon karyawan yang berasal dari daerah, karena tugasnya belum selesai dia harus lembur sendiri di kantor, tiba-tiba terdengar suara berisik ditengah keheningan, setelah diselidiki ternyata berasal dari mesin tik yang bergerak sendiri. Dengan pucat pasih dia berlari terbirit-birit mendatangi satpam.“Pak, ada hantu!!!!”
“Tenang pak, disini tidak ada hantu”
“Benar pak, ada mesin tik berhantu”
angkatan 83
Setelah melihat Taufik sedikit tenang, pak satpam menemaninya mendatangi lokasi yang menyeramkan tersebut.
“Itu pak mesin tik berhantunya, tadi saya lihat bergerak sendiri”
Sambil tetap menenangkan pak satpampun berkata
“Bapak tetap tenang ya, itu bukan mesin tik berhantu. Itu yang namanya .......... mesin telex”
Subscribe to:
Posts (Atom)